Jumat, 26 September 2014

[Catatan Setelah Membaca] ; Menyelami Barakah bersama Lapis-Lapis Keberkahan



Sejak Islamic Book Fair digelar, saya sudah deg-degan. Apa pasal? Salah satu rangkaian dari kegiatan tersebut adalah softlaunching buku terbaru dari penulis favorit saya; Ustadz Salim A. Fillah. Buku itu diberi judul; Lapis-Lapis Keberkahan. Selalu ada perasaan bahagia ketika mendengar penulis yang saya sukai akan menerbitkan buku terbarunya. Seperti menunggu-nunggu; waah... ia akan menuliskan apa lagi ya? Penantian yang menyenangkan.

Lalu akhirnya, setelah sempat melewatkan kesempatan pre-order edisi bertanda tangan, yang saya ketahui begitu santun mengembalikan ‘uang kembalian’ yang melebihi estimasi harga sebelumnya (pro-u memang keren!), saya akhirnya bisa mendapatkan buku ini. Dengan bantuan seorang ukhti, kami berboncengan ke Toko Buku Mutiara Ilmu di Jalan Perintis, setelah kantor Marcedes Benz, belakang salon Azka (mungkin ada yang mau berkunjung?). Menurut saya, tempat itu cukup surga J. Buku-buku yang dijualnya menarik, mulai dari buku Islam populer, buku-buku rujukan, hingga majalah Islami lama yang dijual setengah harga. Saya tidak boleh sering ke sana atau bertahan di sana dalam waktu lama jika tidak ingin dompet saya jebol. Hehehe...

Setelah berhasil memiliki buku seharga seratus ribu itu, saya pun akhirnya bisa menikmatinya. Harus saya akui, akhir-akhir ini saya jarang membaca. Beberapa buku di rak masih ada yang belum saya tamatkan. Saya tidak ingin menjadikan kesibukan domestik sebagai kambing hitamnya. Toh saat akhirnya bisa insyaf dan mulai merutinkan membaca lagi, ternyata saya bisa kok. Dan perjuangan untuk mengkhatamkan buku ini juga membuat saya sadar bahwa tempat membaca paling nyaman memang masih dimenangkan oleh; perjalanan di atas angkot. Ya, saat saya hanya bersama orang-orang asing dan tidak ada yang mengganggu. Apa yang lebih menjengkelkan dibanding diganggu saat sedang membaca?

Baiklah, mari kita mulai membahas buku ini!

Buku ini kembali memperlihatkan kualitas dari seorang Salim A. Fillah. Gaya bertuturnya yang tidak membaku dan bahkan cenderung membuat sebuah tren baru dalam berbahasa, keterampilannya mengolah sirah menjadi cerita deskriptif yang penuh rasa, serta kepiawaiannya mengikat makna dari teori-teori dalam ilmu agama, sudah tidak bisa diragukan lagi. Karakter menulisnya yang cenderung puitis dan lepas dalam bagian-bagian tulisan yang tidak begitu panjang juga masih menjadi ciri yang nampak dari karyanya yang satu ini. Hanya saja, di buku ini, terlihat beberapa kali Ust Salim memberikan poin-poin sistematis pada bagian tertentu –sesuatu yang tidak dilakukannya pada Dalam Dekapan Ukhuwah atau Jalan Cinta Para Pejuang.

Buku setebal 517 halaman ini mengingatkan saya pada pengalaman membaca serial Muhammad karya Tasaro GK. Tidak heran khan, mengapa saya harus berjuang untuk menamatkannya?

Terbagi dalam tiga bagian besar, Lapis-Lapis Keberkahan secara komprehensif membahas tentang berkah dengan segala makna dan hal-hal yang terkait di dalamnya. Salim A. Fillah lagi-lagi memberikan judul tiap bagian, tiap bab, dan tiap tulisan dengan judul-judul bernuanasa puitis yang tidak biasa. Bagian pertama; Beriris-iris Asas Makna menguraikan makna dari barakah. Bagian kedua; Bertumpuk-Tumpuk Bahan Karya membahas tentang berbagai hal yang terkait dengan berkah; mulai dari ilmu, rejeki, amalan, hingga tempat-tempat tertentu di muka bumi. Part terakhir dari bagian ini berisi catatan perjalanan beliau ke bumi Syam yang disertai dengan foto-foto dokumentasi. Ini adalah bagian favorit saya yang membuat saya setengah mati menahan air mata saat membacanya, meski akhirnya jebol juga. Bagian ketiga; Bersusun-susun Rasa Surga memaparkan perihal rasa surga yang dibawa oleh keberkahan itu. Menguraikan sosok para generasi terbaik, membahas tentang bagaimana membangun keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, hingga tentang tata negara yang dapat mendatangkan berkah. Lengkap, ya!

Jika boleh memberikan sumbang saran pada karya-karya Salim A. Fillah berikutnya, saya hanya menginginkan satu hal; halaman indeks! Ya, untaian ilmu di dalam setiap karya beliau sungguh merupakan harta karun yang dapat dijadikan rujukan –sebab ia selalunya merujuk pada kitab-kitab para ulama besar. Namun terkadang, saya kesulitan saat harus melakukan penelusuran ulang karena pilihan judul yang begitu puitis dan menjadikannya kadang kurang representatif secara gamblang pada isi tulisan. Beberapa pembahasan juga dibuat ‘menyempil’ pada satu tulisan dan tidak dijadikan satu poin yang berdiri sendiri secara terpisah. Selama ini, saya sangat menikmati susunan karya dari Salim A. Fillah, terasa ringan dan menyenangkan untuk di lahap. Tidak kaku dan tidak terasa berat. Selalu mudah untuk mengemilnya dengan meloncat pada pembahasan-pembahasan yang diinginkan tanpa harus kebingungan, pun saat ingin melahapnya secara berurutan dari halaman mula hingga akhir.  Namun satu hal itu tadi saja yang membuat saya selalu harus menyiapkan sticky notes agar tidak perlu kesulitan saat harus melakukan penelusuran berikutnya tanpa harus membaca ulang seluruh isi buku. Maka, keberadaan indeks akan terasa sangat membantu.

Saya telah membaca semua karya Salim A. Fillah kecuali Indahnya Merayakan Cinta (uhuk!) serta beberapa kali mengikuti rekaman ceramah beliau di Majelis Jejak Nabi, kunjungan luar negeri, atau acara lainnya di laman youtube. Saat membaca buku ini, saya sadar bahwa beberapa sirah serta ide dan pembahasan, kembali di muat ulang di Lapis-Lapis Keberkahan. Buku ini menjadi semacam kumpulan lengkap dari buku-buku dan ceramah-ceramah beliau sebelumnya yang terkadang membahas tentang keberkahan di beberapa bagian.

Dan entah karena terkadang saya membaca buku ini dalam keadaan tidak full-focus, saya merasa karya teranyar beliau ini menggunakan bahasa yang lebih njlimet dibanding buku-buku sebelumnya. Saya beberapa kali harus mengecek aplikasi KBBI di ponsel untuk mengetahui makna dari kata yang baru pertama kali saya dapati dalam buku ini. Satu hal yang mungkin terasa ribet, namun di lain sisi juga menambah pengetahuan baru dan vocab baru bagi pembacanya.

Namun, saya tetap merasakan hal yang sama seperti saat membaca buku Salim A. Fillah sebelumnya; getaran. Ya, getaran di hati yang selalu sukses minimal membuat mata berkaca-kaca hingga air mata tertumpah. Terasa betul bagaimana lulusan fakultas teknik UGM ini menuliskan setiap kata-katanya dengan segenap ruhiyah, maka hasilnya pun menyasar tepat pada jiwa.

Pada akhirnya, saya akan tetap merekomendasikan buku-buku karya Salim A. Fillah kepada Anda. Dan, Lapis-Lapis Keberkahan ini pun merupakan satu karya luar biasa yang sebaiknya Anda miliki, atau setidaknya bisa Anda baca, minimal sekali seumur hidup. Dan, jangan percaya pada saya sebelum membuktikannya sendiri.

Makassar, 26 September 2014
Saya berazzam tidak akan membeli buku baru sebelum semua buku yang saya punya terbaca. Dan tidak akan membaca buku selanjutnya sebelum membuat [Catatan Setelah Membaca] untuk buku yang telah saya selesaikan. Doakan saya bisa konsisten ya! (^_^)/