Rabu, 19 November 2014

[Resensi Buku Islam] Adabul Mufrad



Imam Bukhari rahimahullah. Nama ini sudah menjadi jaminan mutu dari karya-karya yang mumpuni. Shahih Bukhari yang fenomenal itu sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan kualitas dari ulama yang satu ini. Beliau adalah amirul mu’minin di bidang hadits, pakar dalam hal ‘ilal (cacat yang tersembunyi dalam sebuah hadits), penjaga Islam dan kaum muslimin, dan pemuka para ahli hadits. Di antara karya-karyanya, Kitab Adabul Mufrad merupakan satu dari sekian warisan berharga yang beliau tinggalkan untuk kaum muslimin. Inilah cahaya yang berkilau di langit ilmu ad-dien yang begitu luas ini. Kitab ini akan kembali membawa kita untuk turut menelusuri majelis ilmu hadits yang digelar oleh Imam Bukhari, bahkan meskipun beliau telah lama tiada. Adabul Mufrad mengumpulkan berbagai adab terpuji yang dibutuhkan ketika berada di tengah keluarga dan tetangga, serta segala sesuatu yang erat kaitannya dengan kekerabatan. Kitab ini akan semakin meneguhkan keyakinan kita, betapa Islam merupakan agama yang sempurna dan mengatur segala aspek kehidupan dengan sangat jelas dan rinci. 

Akhlak yang mulia memang menempati posisi yang sangat penting dalam agama ini. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, “Amalan yang timbangan pahalanya paling berat kelak adalah akhlak yang baik.”. Ibnul Qayyim telah menjelaskan tentang pembagian adab Islam menjadi tiga poin yang kesemuanya itu harus mendapatkan perhatian oleh seorang muslim, yakni; adab kepada Allah yaitu dengan selalu menjaga hati agar tidak berpaling kepada selain-Nya serta senantiasa mengerjakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya, adab kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yakni dengan tunduk dan patuh terhadap sunnah-sunnah beliau, serta adab kepada sesama makhluk dengan berinteraksi kepada mereka sesuai dengan martabat yang mereka miliki, sebab dalam menghadapi setiap orang diperlukan adabnya masing-masing. Akhlak yang mulia merupakan pondasi yang telah menegakkan dakwah Islam dan merupakan kunci untuk menggapai segala kebaikan. Tak heran, jika para ulama termasuk Imam Bukhari senantiasa memberikan perhatian yang besar dalam masalah ini, salah satunya dengan jalan menyusun kitab yang berisi kumpulan akhlak dan adab, yakni Adabul Mufrad. 

Adabul Mufrad merupakan salah satu dari karya terbaik yang pernah ditulis, dengan penyusunan yang sistematis sehingga sangat layak untuk dipelajari. Karena itu pula, beberapa orang ulama telah menyusun syarah untuk kitab ini, termasuk Syaikh Dr. Muhammad Luqman as Salafi yang menyusun kitab Rasysyul Barad Syarh al Adabil Mufrad yang terjemahan Bahasa Indonesia-nya sedang kita bahas dalam kesempatan kali ini. Sebelumnya, Adabul Mufrad telah disyarah oleh dua orang ulama lainnya, yakni Syaikh Fadhlullah al Jailani dalam Fadhlullahish Shamad fi Taudhihil Adabil Mufrad dan Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani yang telah menelaah, mentakhrij, dan memilah berbagai hadits dalam Adabul Mufrad dan membaginya menjadi dua bagian, yakni Shahih al Adabil Mufrad dan Dha’if al Adabil Mufrad. Berdasarkan kedua syarah sebelumnya inilah, Syaikh Dr. Muhammad Luqman as Salafi menyusun karyanya dengan bertopang pada penilaian Syaikh Al Albani dengan menyematkan penilaian beliau di akhir setiap hadits dan atsar. Sebelumnya, Syaikh Muhammad Luqman telah melahirkan syarah Bulughul Maram karya al Hafizh al Asqalani berjudul Tuhfatul Kiram Syarh Bulughil Maram, dan syarah Fathul ‘Allam ‘ala Bulughil Maram karya al-‘Allamah Shiddiq Hasan Khan yang diberi judul al Ahkamul Fiqhiyyah wal Fawa’idul Haditsiyyah ‘ala Fat-hi yang mendapat sambutan yang sangat baik dari para penuntut ilmu. Syaikh Dr. Muhammad Luqman as Salafi merupakan Rektor Universitas Islam Ibnu taimiyah di Darussalam, India dan juga sekaligus Direktur Markaz Research Abdul Aziz bin Baz di kota yang sama. Kitab syarah ini terdiri atas lima juz dan telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sehingga sangat memudahkan para penuntut ilmu di negeri ini untuk turut mempelajarinya. Dikemas dalam bentuk hardcover yang eksklusif dan desain sampul yang elegan. Jilid pertama terdiri atas 652 halaman dan jilid kedua memuat 614 halaman. 

Juz pertama dibuka dengan pembahasan mengenai berbakti kepada orang tua. Perintah yang disebutkan setelah perintah mentauhidkan Allah ini memang merupakan perkara yang sangat penting untuk diperhatikan. Bentangan hadits-hadits yang membahas hal itu akan kita temui dalam bagian-bagian awal dari juz pertama syarah Adabul Mufrad ini. Setiap pembahasan hadits dalam kitab ini bukan hanya diisi dengan kandungan hadits saja, namun juga dilengkapi dengan perjelasan makna kata dalam hadits tersebut. Hal ini akan sangat memudahkan kita dalam mempelajari tiap hadits dan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu hadits. Dilengkapi juga dengan catatan kaki yang menunjukkan derajat dari setiap hadits yang sedang dibahas. Setiap kandungan hadits dipaparkan dalam bentuk poin-poin yang ringkas namun mencakup keseluruhan dari hal-hal yang penting dari hadits tersebut sehingga begitu mudah untuk ditelusuri satu per satu. Ditulis dengan bahasa yang mudah untuk dicerna dan tidak bertele-tele sehingga tidak sulit untuk dipahami. 

Selain tentang birrul walidain, bagian pertama dari kitab ini juga membahas tentang silaturahim yang mencakup pembahasan silaturahim secara umum, hingga bagaimana tuntunan saat berinteraksi dengan orang kafir. Selanjutnya terdapat hadits-hadits yang membahas tentang pengasuhan anak, tentang adab dan akhlak kepada tetangga, kemudian ditutup dengan pembahasan hadits mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keutamaan memelihara anak yatim, bahkan keutamaan wanita yang tabah untuk mengasuh anaknya tanpa menikah lagi yang ternyata telah dijanjikan keutamaan berupa kedudukan yang sangat dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di surga kelak. 

Selanjutnya juz kedua dibuka dengan bagaimana Islam mengatur hubungan antara pembantu dan majikannya. Akan kita temukan bagaimana Islam telah mengatur dengan sangat indah bagaimana seorang majikan harus tetap menjaga akhlak yang baik kepada bawahannya, bahkan hingga terdapat perintah untuk membantu pekerjaan-pekerjaan mereka.  Dilajutkan dengan hadits-hadits tentang budi baik, serta berbagai hal yang berkenaan dengan akhlak yang baik, semisal tersenyum, dermawan, serta kewajiban menolong orang yang teraniaya. 

Sedangkan juz ketiga memuat berbagai macam hal dan berbagai pembahasan yang juga tidak kalah penting. Ini memperlihatkan betapa hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sangat paripurna dalam mengatur masalah kaum muslimin. Tahukah kita bahwa bahkan perkara membangun rumah pun terdapat pembahasannya dalam hadits? Ya, bagian ketiga dari syarah Adabul Mufrad ini memuat hadits-hadits dan penjelasan tentang hal tersebut. Selain itu, diketengahkan pula hadits dengan tema yang lain, misalnya tentang adab dalam memuji, tercelanya menghina, adab-adab dalam berziarah, anjuran untuk berlemah lembut dan menghindari kedzaliman, hingga bagaimana kita dianjurkan untuk meneladani Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dalam kasih sayangnya kepada anak-anak kecil baik dengan memeluknya, atau dengan mengusap kepalanya.  

Memasuki juz keempat, terdapat pembahasan tentang orang sakit, baik dari sisi penderita sakitnya, maupun orang-orang yang berada di sekitarnya yakni berupa anjuran untuk menjenguk orang sakit yang memiliki keutamaan yang begitu besar. Bahkan dituturkan pula tentang anjuran menjenguk orang musyrik seperti yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang akhirnya membuat seorang pemuda Yahudi yang dijenguk itu akhirnya masuk ke dalam agama Islam. Terdapat pula anjuran untuk saling membantu, serta tuntunan tentang doa dan dzikir. Pembahasan tentang doa ini masih terus berlanjut di juz yang kelima hingga melangkah ke kitab jilid kedua. Juz terakhir ini juga memuat tentang banyak macam hal, misalnya tentang ghibah, adab menerima tamu, berbagai ucapan yang sering dilontarkan secara spontan dan tuntunannya, bagaimana aturan dalam memberikan nama dan nama-nama yang baik, bahkan pembahasan tentang syair, tentang bersin dan salam, menulis surat, aturan dalam duduk, adab-adab tidur, khitan, dan hal-hal lainnya yang juga sangat penting untuk diketahui. 

Pada akhirnya, buku ini benar-benar akan menjadi sumber referensi yang begitu lengkap untuk menuntun kita dalam menjalani kehidupan sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mempelajari dan mengamalkannya tentu menjadi satu hal yang sangat dianjurkan kepada diri-diri kita, sehingga keindahan Islam dapat terlihat dari kaum muslimin yang menganutnya. Menjadi hal yang sangat penting bagi para orang tua, pendidik, penuntut ilmu, dan seorang muslim secara umum untuk menjadikan kitab ini sebagai salah satu rujukan yang sudah selayaknya kita miliki bersama. Tentu, syarah Adabul Mufrad ini dapat menjadi warisan yang sangat berharga di tengah umat untuk terus bersemangat dalam meneladani sang pemilik sebaik-baik akhlak yang perikehidupannya terus dikenang dan dicontoh oleh para pengikutnya sejak lima belas abad yang lalu; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Insya Allah. 

*ditulis untuk rubrik Resensi Buku Islam di Radio Rodja

[Resensi Buku Islam] Sifat Shalat Nabi



Setiap muslim tentu sepakat bahwa ibadah shalat adalah ibadah yang sangat penting. Perintah shalat didapatkan langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peristiwa Isra’ Mi’raj dan diwajibkan kepada setiap hambaNya. Allah telah menjanjikan keberuntungan dan keselamatan bagi setiap orang yang menegakkan shalat dengan khusyu’ serta menjadikan ibadah ini sebagai pembeda yang mendasar antara seorang muslim dengan yang kafir, serta mencegah dari perbuatan keji dan munkar. 

“Lima shalat telah diwajibkan oleh Allah Ta’ala. Barangsiapa berwudhu dengan sempurna dan mendirikan kelima shalat itu tepat pada waktunya, menyempurnakan ruku’ dan sujud dengan khusyu’, niscaya dijanjikan oleh Allah bahwa Allah akan memberinya ampunan. Dan barangsiapa yang tidak melakukannya, maka dia tidak memiliki perjanjian (ampunan) dari Allah. Jika Allah menghendaki Dia akan mengampuninya, dan jika Allah menghendaki dia akan mengadzabnya.” (HR. Abu Dawud).

Mengingat pentingnya ibadah shalat, kita tentu tidak ingin menyia-nyiakannya hanya karena ketidaktahuan kita akan seluk beluk shalat ini. Sebab, yang tidak kalah penting untuk dipahami adalah sebuah sabda yang ringkas dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah memberikan kepada kita petunjuk yang nyata dan tuntunan yang begitu jelas dalam ibadah yang mulia ini. 

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Bukhari dan Ahmad)

Ya, kita diperintahkan untuk shalat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bukan hanya sekadar menjalankannya sesuai dengan apa yang dahulu pertama kali diajarkan atau yang kita saksikan dari orang tua kita, tanpa adanya dasar ilmu yang shahih. Sebab, jika untuk disiplin ilmu-ilmu dunia yang lain kita selalu mengupayakan untuk meng-upgrade diri kita dengan informasi yang faktual, mengapa dalam beribadah kita tidak mengupayakan hal yang sama? Faktanya, banyak dari kaum muslimin hari ini yang menjalankan shalat sebatas pada pengetahuan yang dahulu ia dapatkan semasa kanak-kanak tanpa ada keinginan untuk mencari tahu satu hal yang sangat penting; apakah tatacara shalat kita telah sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam?
 
Berangkat dari hal tersebut, Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, sang Muhaddits abad ini, menyusun sebuah karya monumental yang menjadi sebuah warisan yang sangat berharga bagi seluruh kaum muslimin, yakni kitab Sifat Shalat Nabi. Alhamdulillah, kitab yang terdiri atas tiga jilid tersebut kini telah hadir di tengah-tengah kita, dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga memudahkan kita dalam menelusuri dan mempelajarinya. Kitab ini disusun karena perhatian Syaikh al Albani pada pentingnya ibadah shalat dalam agama kita, sementara pengetahuian tentang seluk beluk ibadah shalat secara terperinci menjadi sesuatu yang sulit bagi kebanyakan kaum muslimin. Sebab, belum ada kitab yang secara lengkap menerangkan tentang tata cara shalat Nabi, dimulai dari takbiratul ihram hingga salam.

Kitab Sifat Shalat Nabi selesai ditulis sejak tahun 1366 H pada saat Syaikh berusa 33 tahun. Rangkaian seri kitab ini adalah versi lengkap dari buku ringkasan Sifat Shalat Nabi. Ia disusun dengan melakukan berbagai penyesuaian dan pengumpulan manuskrip yang begitu teliti  menggunakan metode kajian yang sangat tertib dan terperinci sehingga menjaga orisinalitas karya ini. Kitab ini akan membawa kita kepada kedalaman ilmu dari Syaikh al Albani, dimana beliau tidak mencantumkan hadits-hadits nabi kecuali yang sanadnya tsabit (kuat), sesuai dengan kaidah-kaidah dan ushul (dasar-dasar) ilmu hadits. Dikemas dalam edisi hardcover dengan desain yang eksklusif, rangkaian kitab ini siap menjadi teman setia yang akan menemani Anda untuk menelusuri cara shalat sesuai tuntunan Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam yang dipaparkan dengan lugas dan mendalam. 

Kitab ini disajikan dalam dua bagian. Bagian pertama yang berada di halaman bagian atas memuat pokok sajian materi dengan menampilkan matan-matan (isi) atau cuplikan hadits  yang diletakkan di tempat yang sesuai dan dirangkaikan dengan cuplikan hadits lainnya serta pada beberapa kesempatan turut dicantumkan pula hadits lain dengan lafazh-lafazh lainnya. Sedangkan bagian kedua berada pada bagian bawah halaman yang memuat catatan kaki yang merupakan penjelasan dari matan (pokok sajian/pembahasan) dengan memuat takhrij hadits-hadits yang terlampir pada pokok pembahasan.  Pada bagian ini pula, Syaikh al Albani memberikan komentar terhadap sanad-sanad tersebut disertai pen-ta’dil-an dari jarh-nya, penshahihan dan pendhaifannya, sesuai dengan ketentuan dan kaidah-kaidah ilmu hadits. Disebutkan pula beberapa mahdzab ulama seputar hadits yang ditakhrijnya, disertai dengan alasan masing-masing, beserta pengkajian materi, penjelasan pada setiap alasan, baik yang diterima atau yang ditolak. 

Jilid pertama akan dibuka dengan pengantar mengenai alasan penulisan kitab ini, dilanjutkan dengan metode kajian yang digunakan, dimana Syaikh menjelaskan bahwa kitab ini disusun berdasarkan nash-nash yang shahih serta tidak terikat pada salah satu madzhab tertentu, sehingga mengamalkannya uraiannya insya Allah akan lebih mendekatkan kita kepada hidayah Allah. Selanjutnya dipaparkan pula mengenai pernyataan para imam dari empat madzhab agar mengikuti sunnah dan meninggalkan pendapat mereka yang menyelisihinya. Bagian ini akan memahamkan kepada kita untuk menghindari sikap fanatik buta kepada madzhab tertentu dan mengutamakan kebenaran yang bersumber dari al Qur’an dan as Sunnah. 

Selanjutnya, kita akan memasuki bagian pokok dari rangkaian kitab ini, yakni sifat shalat Nabi sejak takbir hingga salam. Bagian inti ini akan memaparkan kepada kita dengan sangat rinci, lugas, dan jelas mengenai hal-hal yang penting untuk kita ketahui dalam rangkaian ibadah shalat. Dimulai dari pembahasan mengenai menghadap ke kiblat, dilanjutkan dengan berdiri ketika shalat, serta keadaan-keadaan tertentu yang dialami seseorang ketika ia akan shalat. Misalnya, tentang shalat duduk bagi orang sakit, shalatnya orang yang berada di atas perahu, shalat malam dengan berdiri dan dengan duduk, serta shalat dengan menggunakan alas kaki. Hal-hal yang berkaitan dengan shalat pun akan dirincikan dalam kitab ini, misalnya mengenai sutrah (pembatas) ketika shalat, shalat menghadap ke kubur, serta bagaimana tuntunan dalam berpakaian ketika shalat.  

Setelah itu, pembahasan akan berlanjut kepada niat dalam shalat dan dilanjutkan dengan takbiratul ihram yang didalamnya mencakup bahasan tentang mengangkat kedua tangan ketika bertakbir, lalu dilanjutkan dengan bersedekap dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada. Terdapat pula larangan melakukan ikhtisar atau meletakkan kedua tangan di pinggang ketika shalat, serta perintah untuk memandang tempat sujud dan khusyu di dalam shalat. Ketika menelusuri rangkaian pembahasan dalam kitab ini, seringkali kita akan mendapati bahwa bagian catatan kaki justru mendominasi pada setiap halaman. Di mana setiap pembahasannya memang mengacu pada hadits-hadits yang shahih yang turut disertai pula dengan tela’ah haditsiyyah yang menakjubkan yang kembali memperlihatkan kepada kita kedalaman penguasaan ilmu fiqih Syaikh al Albani. 

Selanjutnya, pembahasan akan diteruskan dengan pemaparan mengenai bacaan doa istiftah. Akan diuraikan contoh-contoh lafazh yang dibaca oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam lengkap dengan rujukan dan uraian yang mendalam pada setiap lafazhnya, sehingga akan memberikan kepada kita pemahaman yang terang benderang dan jauh dari keraguan. 

Berikutnya dipaparkan pula mengenai bacaan shalat yang mencakup pada bacaan surah al Fatihah dan anjuran untuk berhenti pada setiap ayat, disertai pula penjelasan bahwa membaca al al Fatihah merupakan salah satu dari rukun shalat dan memiliki keutamaan yang amat besar, baik dalam shalat jahriyah maupun sirriyah. Dilanjutkan pula dengan ucapan ‘Aamiin’ selepas membaca surah al Fatihah serta tuntunan dalam membaca ayat-ayat dari al Qur’an, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatukan beberapa surat yang memiliki kesamaan makna dan kandungan, juga surat-surat lainnya dalam satu rakaat. 

Memasuki jilid kedua dari rangkaian kitab sifat shalat nabi, pembahasan akan dilanjutkan mengenai keadaan dimana Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam hanya membaca al Fatihah saja dalam rakaat-rakaat shalat beliau. Temukan penjelasannya dalam bagian ini. Dilanjutkan dengan pemaparan mengenai waktu-waktu men-jaharkan dan men-sirrkan bacaan shalat, serta surat-surat tertentu yang dibaca oleh nabi Shallallahu alaii wasallam dalam setiap shalatnya, mulai dari subuh hingga isya, termasuk pula dalam shalat Lail, Witir, shalat Jum’at, shalat saat hari raya, dan dalam shalat jenazah. Dilanjutkan dengan pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bagian ini, misalnya tentang membaguskan suara dan membaca al Qur’an dengan tartil di dalam shalat, bagaiamana cara membetulkan bacaan imam,  serta membaca isti’adzah dan meludah ketika shalat untuk menampik perasaan waswas. Dari setiap rangkaian ilmu yang dipaparkan dalam kitab ini, kita akan menemuka kejelian Syaikh yang memaparkan permaslahan dengan berdasarkan dalil-dalil yang shahih, sehingga segala sesuatunya tidak lagi memiliki celah untuk diperdebatkan atau dipertentangkan lagi. 

Kemudian, pembahassan akan kembali dilanjutkan dengan ruku’ di mana dipaparkan mengenai tata cara ruku’, wajibnya tuma’ninah ketika ruku’, bacaan atau dzikir-dzikir ketika ruku’, anjuran untuk memperlama ruku’ dan larangan membaca al Qur’an di dalamnya. Selanjutnya, dibahas mengenai i’tidal dan dzikir di dalamnya, serta memperlama berdiri i’tidal dan wajibnya tuma’ninah ketika i’tidal. 

Jilid kedua ini akan ditutup dengan rangkaian pembasan mengenai sujud. Akan dibahas mengenai tata cara sujud yang benar, termasuk pula mengenai keutamaan sujud, serta hal-hal yang berkaitan dengan sujud. Apa yang dimaksud dengan duduk iftirasy dan duduk al iq’aa? Pembahasannya akan kita temukan pula pada bagian ini. 

Memasuki jilid terakhir dari rangkaian seri kitab sifat shalat nabi, pembahasan masih akan dilanjutkan seputar sujud. Dilanjutkan dengan pemaparan mengenai tasyahud awal, qunut nazilah pada shalat lima waktu, qunut pada waktu shalat witir, dan tasyahud akhir hingga pembahasan tentang wajibnya ucapan salam, yang merupakan penutup dari setiap rangkaian ibadah shalat, sekaligus menjadi bahasan terakhir pada kitab ini. 

Menelusuri kitab ini benar-benar membawa kita untuk turut menyeksamai tata cara shalat yang benar-benar bersumber dari apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Uraiannya yang mendalam dan begitu terperinci merupakan kekuatan yang dimiliki oleh kitab ini, baik dari sisi hadits maupun fiqih. Terdapat kecermatan yang luar biasa dalam mengolah alur dalam setiap bahasan yang disajikan secara ilmiah dan sangat detil pada setiap bab permasalahan. Kitab ini telah meneliti setiap permasalahan yang berkenaan dengan pokok bahasannya, memberi jawaban yang tepat bagi setiap pertanyaan, membimbing setiap orang untuk berada di atas petunjuk yang jelas dalam perkara agama dan shalatnya. 

Tidak diragukan lagi, bahwa nama Syaikh al Albani merupakan jaminan mutu dari sebuah karya yang akan sangat sayang jika Anda lewatkan begitu saja. Pada akhirnya, jadikanlah kitab ini sebagai sebuah pegangan yang kokoh serta warisan yang sangat berharga seluruh anggota keluarga Anda! Insya Allah. 

*ditulis untuk rubrik Resensi Buku Islam di Radio Rodja

[Resensi Buku Islam] Mendulang Faedah dari Kalimat Nubuwah



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai nabi dan rasul yang terakhir telah meninggalkan warisan yang sangat berharga bagi umatnya. Warisan berupa ilmu yang bersumber dari al Qur’an dan as Sunnah tersebut adalah peninggalan yang akan membawa setiap muslim kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka, tentu tidak diragukan lagi bahwa sangat penting bagi kita untuk senantiasa bersemangat dalam menuntut ilmu syar’i melalui berbagai macam wasilah yang hari ini begitu mudahnya untuk kita dapatkan. 

Salah satu cara untuk mempelajari ilmu agama adalah dengan mempelajari buku-buku hadits. Alhamdulillah, saat ini telah tersebar di tengah-tengah kita berbagai macam buku dan kitab yang menghimpun sejumlah hadits dan disertai pula dengan penjelasannya, sehingga sangat memudahkan kita untuk memahami makna dan kandungan dari hadits tersebut. Diantara buku yang memuat penjelasan-penjelasan hadits tersebut adalah buku yang akan kita bahas dalam kesempatan kali ini.
Buku ini berjudul ‘Mendulang Faedah dari Kalimat Nubuwah’. Hadir dalam edisi softcover dengan sampul berwarna biru yang simpel namun tetap menarik. Terdiri atas 351 halaman yang memuat 99 hadits pilihan yang merupakan Jawami’ul Kalim, yakni perkataan yang ringkas namun sarat akan makna, serta disertai pula dengan pembahasan maksud-maksud dan sasarannya. Buku ini merupakan edisi terbaru dari buku berjudul ‘Kumpulan Hadits Tazkiyatun Nufus’ yang dikemas kembali dalam terbitan baru dengan tampilan yang lebih menarik dengan beberapa perbaikan di dalamnya. 

Hadits-hadits yang dimuat dalam buku ini memiliki cakupan yang begitu luas, meliputi pembahasan yang berkaitan dengan tauhid, ushul, aqidah, perjalanan dan perilaku untuk taat kepada Allah, akhlak, adab-adab agama dan dunia, kesehatan, serta hukum-hukum yang berkaitan dengan permasalahan fiqih; seperti ibadah, mu’amalah, pernikahan, serta faedah-faedah umum lainnya. Setiap hadits disertai dengan pembahasan yang jelas dan lugas, namun tetap ringkas, sehingga sangat mudah untuk dipahami. Buku ini disusun oleh Syaikh al Fadhil Abdurrahman bin Nashir as Sa’di yang akan membagikan kepada kita keluasan ilmu dan pengetahuan yang beliau miliki.

Buku ini dibuka dengan hadits pertama yang membahas tentang niat dan ikhlas, dimana pembahasannya terangkaikan dengan hadits kedua mengenai waspada terhadap bid’ah. Kedua hadits ini saling berkaitan satu sama lain, dimana hadits pertama yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu terkait dengan timbangan bagi amal-amal bathin, yakni niat. Sedangkan hadits kedua yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha membahas mengenai amal-amal lahiriyah yang harus selalu berdasar kepada nash-nash yang shahih.

Pada pembahasan ini akan dipaparkan kepada kita mengenai perbedaan antara niat amal dan niat yang menjadi tujuan amal. Niat amal yang dimaksud adalah dengan mengkhususkan niat saat akan mengerjakan suatu ibadah sehingga ia berbeda dengan kebiasaan di luar ibadah, misalnya pengkhususan berniat saat akan mandi untuk menghilangkan hadats besar, tentu berbeda dengan saat akan mandi dengan tujuan untuk kebersihan seperti biasa. Adapun niat yang menjadi tujuan amal, tentunya hanya semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah dengan segala keikhlasan dan tidak menginginkan sesuatu apapun dari makhlukNya. Hal ini sangat penting untuk dipahami oleh setiap muslim, sebab hadits tersebut mengumpulkan seluruh perkara kebaikan, sehingga keselamatan dapat diraih dan kemanfaatan bisa didapatkan, sebab segala sesuatunya sangat bergantung kepada niat seseorang. 

Perkara-perkara penting lainnya yang patut untuk dipahami oleh seorang muslim juga banyak dibahas dalam rangkaian hadits pada buku ini. Misalnya, gambaran mengenai sifat seorang muslim pada hadits ke-6, pemaparan tentang keislaman yang baik pada hadits ke-66, penjelasan mengenai cabang-cabang iman pada hadits ke-79, hadits tentang iman kepada Allah dan hari akhir pada hadits ke-90, serta iman kepada qadar pada hadits ke -9. 

Sementara pada pembahasan di hadits ke- 25, kita akan mendapatkan penjelasan mengenai shifat shalat. Satu hadits ini menyimpan tiga pelajaran yang sangat berharga bagi kaum muslimin dan penjelasan yang sangat kita butuhkan jika benar-benar ingin meneladani Rasulullah shallallhu alaihi wasallam dalam hal yang berkaitan dengan ibadah yang paling pertama dihisab ini. Pelajaran yang terkandung di dalamnya memuat penjelasan mengenai adzan dan ketentuan-ketentuannya. Kedua, mengenai ketentuan dalam hal imam dalam shalat, dan yang terakhir namun tak kalah penting adalah kewajiban untuk shalat sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallhu alaihi wasallam, baik dalam hal gerakannya, maupun dalam bacaannya. Selaras dengan hadits tersebut, pada hadits ke-86 dijelaskan pula mengenai disyariatkannya mengikuti cara manasik haji dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Masih terkait dengan ibadah, pada hadits ke 32 pun kita akan disuguhkan dengan penjelasan mengenai batasan nishab untuk zakat bijian dan buah, penjelasan mengenai shadaqah di hadits ke-34, serta terdapat pula pemaparan mengenai tata cara menyembelih sesuai syariat Islam dalam hadits ke-60 dan 61. 

Ingin mendapatkan penjelasan mengenai doa? Terdapat pula sebuah hadits yang akan  menambah ilmu kita mengenai satu doa yang paling lengkap dan paling bermanfaat, sebab ia mencakup kebaikan agama dan dunia, petunjuk kepada ilmu yang bermanfaat, kehormatan, dan kecukupan. Temukan pemaparannya pada hadits ke 89. Sebelumnya, secara khusus mengenai doa dalam perjalanan sekaligus penjelasan mengenai adab-adab bersafar akan kita dapatkan pada bagian hadits ke 85. 

Pada hadits ke-29, kita akan dipaparkan perihal hak muslim atas muslim yang lainnya. Keenam kewajiban seorang muslim atas saudara sesama muslim tersebut teringkas dalam sebuah hadits yang memberikan kepada kita pengajaran yang sangat berharga dalam hal muamalah sekaligus memperlihatkan keindahan dan kesempurnaan Islam yang mengatur semua hal dalam kehidupan umatnya, sehingga akan membawa kemaslahatan yang sangat besar. Hal ini juga tercermin dalam beberapa hadits lain dalam buku ini, diantaranya pada hadits ke-92 yang membahas tentang adab antara suami dan isteri, dilanjutkan dengan adab-adab seorang qadhi syar’i pada hadits setelahnya, serta perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua pada hadits ke-96. Selain itu, hadits ke 67 juga akan memberikan kepada kita penjelasan mengenai pendidikan kepada anak, dimana sebaik-baik pemberian seorang ayah kepada anaknya adalah contoh berupa perilaku yang baik. Sebelumnya di hadits ke-50, terdapat pula anjuran untuk bersikap baik kepada wanita. Rangkaian hadits-hadits tersebut akan memberikan kepada kita motivasi untuk senantiasa memperbaiki diri, meraih kebaikan akhlak, melakukan perbuatan ma’ruf, serta berbuat ihsan terhadap manusia, yang kesemuanya itu akan membawa kita pada kehidupan yang diliputi dengan kedamaian. 

Menyeksamai hadits ke-70 juga akan memberikan manfaat yang amat besar kepada kita semua. Bagian ini diberi tajuk; wasiat yang bermanfaat, sebab ia mencakup  ilmu yang agung dan disimpulkan dalam tiga pernyataan yang sarat akan makna. Yang pertama menjelaskan mengenai sebaik-baik akal, yakni yang mengikuti pengaturan agama sehingga tidak akan menuntun kecuali kepada jalan lurus yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallau alaihi wasallam, pengaturan kehidupan yang akan menuntun kepada rizki dari Allah, serta pengaturan harta yang akan membawa seseorang kepada keseimbangan hidup. Pelajaran kedua dari hadits ini akan memberikan kita penjelasan mengenai sikap menahan diri yang merupakan batasan lengkap bagi wara’ sehingga akan menjaga diri dan agama seseorang dari kehancuran. Dan pelajaran ketiga mengenai pentingnya menjaga akhlak yang akan membawa kepada kebaikan dan keberuntungan.  

Hadits ke-91 juga menyimpan makna yang tidak kalah penting, bahkan begitu luas dan patut untuk kita pahami bersama. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ini memaparkan mengenai perintah dan larangan Allah yang tercakup dalam masing-masing tiga poin pemaparan. Hadits ini akan memberikan gambaran kepada kita betapa setiap hal yang diperintahkan kepada manusia adalah sesuatu yang akan mendatangkan maslahat dan kebahagiaan dunia-akhirat. Serta sebaliknya, tidaklah sesuatu dilarang oleh Allah, melainkan perkara tersebut memang hanya akan membawa mudharat bagi orang-orang yang melakukannya. Penasaran mengenai tiga hal tersebut? Temukan jawabannya dalam hadits ini. 

Rangkaian hadits dalam buku ini ditutup dengan penjelasan mengenai hadits ke-99 yang berisi berita dan bimbingan. Berita nubuwah tersebut mengenai gambaran tentang akhir zaman dimana kebaikan semakin berkurang sedangkan keburukan akan semakin banyak. Namun, meskipun mengerjakan kebaikan pada masa tersebut begitu berat, bahkan hingga digambarkan bagaikan menggenggam bara api, hadits ini juga mengarahkan kita untuk dapat tetap menjadi bagian dari segelintir orang yang tetap istiqamah tersebut. Yakni, meski keburukan merajalela, namun ia tetap pada keimanan, tidak berputus asa dari rahmat Allah serta yakin pada janjiNya. Seseorang yang beriman akan tetap teguh dengan keyakinannya, berikhtiar pada kebaikan, bernasihat, serta terus mendakwahkan kebenaran. 

Pada akhirnya, buku ini akan mengajak kita untuk menyusuri setiap pengajaran dan arahan dari Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam yang terhimpun dalam rangkaian kata-kata yang ringkas dan jelas, namun memiliki faedah yang sangat luas dan makna yang sangat mendalam. Tidak salah lagi bahwa beliau shallallahu ‘alahi wasallam adalah pribadi yang paling berilmu dan paling sempurna dalam hal pengajaran, sebab setiap hal yang ada pada diri beliau selalu berada dalam koridor yang diwahyukan oleh Allah subhana wata’ala. Maka, sudah seharusnya setiap kita memiliki kesadaran yang besar untuk terus berusaha mempelajari dan meneladani setiap petunjuk dari Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, yang bukan hanya akan menambah wawasan keilmuan kita dalam ilmu syar’i, tapi juga akan mengantarkan kita pada ketenangan hati. Insya Allah. 

*ditulis untuk rubrik Resensi Buku Islam di Radio Rodja