Sejak Islamic Book Fair
digelar, saya sudah deg-degan. Apa pasal? Salah satu rangkaian dari kegiatan
tersebut adalah softlaunching buku
terbaru dari penulis favorit saya; Ustadz Salim A. Fillah. Buku itu diberi
judul; Lapis-Lapis Keberkahan. Selalu ada perasaan bahagia ketika mendengar
penulis yang saya sukai akan menerbitkan buku terbarunya. Seperti
menunggu-nunggu; waah... ia akan
menuliskan apa lagi ya? Penantian yang menyenangkan.
Lalu akhirnya, setelah
sempat melewatkan kesempatan pre-order edisi bertanda tangan, yang saya ketahui
begitu santun mengembalikan ‘uang kembalian’ yang melebihi estimasi harga
sebelumnya (pro-u memang keren!),
saya akhirnya bisa mendapatkan buku ini. Dengan bantuan seorang ukhti, kami
berboncengan ke Toko Buku Mutiara Ilmu di Jalan Perintis, setelah kantor
Marcedes Benz, belakang salon Azka (mungkin
ada yang mau berkunjung?). Menurut saya, tempat itu cukup surga J. Buku-buku yang dijualnya menarik, mulai
dari buku Islam populer, buku-buku rujukan, hingga majalah Islami lama yang
dijual setengah harga. Saya tidak boleh sering ke sana atau bertahan di sana
dalam waktu lama jika tidak ingin dompet saya jebol. Hehehe...
Setelah berhasil memiliki
buku seharga seratus ribu itu, saya pun akhirnya bisa menikmatinya. Harus saya
akui, akhir-akhir ini saya jarang membaca. Beberapa buku di rak masih ada yang
belum saya tamatkan. Saya tidak ingin menjadikan kesibukan domestik sebagai
kambing hitamnya. Toh saat akhirnya bisa insyaf dan mulai merutinkan membaca
lagi, ternyata saya bisa kok. Dan perjuangan untuk mengkhatamkan buku ini juga
membuat saya sadar bahwa tempat membaca paling nyaman memang masih dimenangkan
oleh; perjalanan di atas angkot. Ya,
saat saya hanya bersama orang-orang asing dan tidak ada yang mengganggu. Apa
yang lebih menjengkelkan dibanding diganggu saat sedang membaca?
Baiklah, mari kita mulai
membahas buku ini!
Buku ini kembali
memperlihatkan kualitas dari seorang Salim A. Fillah. Gaya bertuturnya yang
tidak membaku dan bahkan cenderung membuat sebuah tren baru dalam berbahasa,
keterampilannya mengolah sirah menjadi cerita deskriptif yang penuh rasa, serta
kepiawaiannya mengikat makna dari teori-teori dalam ilmu agama, sudah tidak
bisa diragukan lagi. Karakter menulisnya yang cenderung puitis dan lepas dalam
bagian-bagian tulisan yang tidak begitu panjang juga masih menjadi ciri yang
nampak dari karyanya yang satu ini. Hanya saja, di buku ini, terlihat beberapa
kali Ust Salim memberikan poin-poin sistematis pada bagian tertentu –sesuatu yang
tidak dilakukannya pada Dalam Dekapan Ukhuwah atau Jalan Cinta Para Pejuang.
Buku setebal 517 halaman
ini mengingatkan saya pada pengalaman membaca serial Muhammad karya Tasaro GK.
Tidak heran khan, mengapa saya harus berjuang untuk menamatkannya?
Terbagi dalam tiga bagian
besar, Lapis-Lapis Keberkahan secara komprehensif membahas tentang berkah
dengan segala makna dan hal-hal yang terkait di dalamnya. Salim A. Fillah
lagi-lagi memberikan judul tiap bagian, tiap bab, dan tiap tulisan dengan
judul-judul bernuanasa puitis yang tidak biasa. Bagian pertama; Beriris-iris
Asas Makna menguraikan makna dari barakah.
Bagian kedua; Bertumpuk-Tumpuk Bahan Karya membahas tentang berbagai hal yang
terkait dengan berkah; mulai dari ilmu, rejeki, amalan, hingga tempat-tempat
tertentu di muka bumi. Part terakhir dari bagian ini berisi catatan perjalanan
beliau ke bumi Syam yang disertai dengan foto-foto dokumentasi. Ini adalah
bagian favorit saya yang membuat saya setengah mati menahan air mata saat
membacanya, meski akhirnya jebol juga. Bagian ketiga; Bersusun-susun Rasa Surga
memaparkan perihal rasa surga yang dibawa oleh keberkahan itu. Menguraikan
sosok para generasi terbaik, membahas tentang bagaimana membangun keluarga yang
sakinah mawaddah warahmah, hingga tentang tata negara yang dapat mendatangkan
berkah. Lengkap, ya!
Jika boleh memberikan
sumbang saran pada karya-karya Salim A. Fillah berikutnya, saya hanya
menginginkan satu hal; halaman indeks! Ya, untaian ilmu di dalam setiap karya
beliau sungguh merupakan harta karun yang dapat dijadikan rujukan –sebab ia
selalunya merujuk pada kitab-kitab para ulama besar. Namun terkadang, saya
kesulitan saat harus melakukan penelusuran ulang karena pilihan judul yang
begitu puitis dan menjadikannya kadang kurang representatif secara gamblang
pada isi tulisan. Beberapa pembahasan juga dibuat ‘menyempil’ pada satu tulisan
dan tidak dijadikan satu poin yang berdiri sendiri secara terpisah. Selama ini,
saya sangat menikmati susunan karya dari Salim A. Fillah, terasa ringan dan
menyenangkan untuk di lahap. Tidak kaku dan tidak terasa berat. Selalu mudah
untuk mengemilnya dengan meloncat pada pembahasan-pembahasan yang diinginkan tanpa
harus kebingungan, pun saat ingin melahapnya secara berurutan dari halaman mula
hingga akhir. Namun satu hal itu tadi
saja yang membuat saya selalu harus menyiapkan sticky notes agar tidak perlu kesulitan saat harus melakukan
penelusuran berikutnya tanpa harus membaca ulang seluruh isi buku. Maka,
keberadaan indeks akan terasa sangat membantu.
Saya telah membaca semua
karya Salim A. Fillah kecuali Indahnya Merayakan Cinta (uhuk!) serta beberapa kali mengikuti rekaman ceramah beliau di
Majelis Jejak Nabi, kunjungan luar negeri, atau acara lainnya di laman youtube.
Saat membaca buku ini, saya sadar bahwa beberapa sirah serta ide dan
pembahasan, kembali di muat ulang di Lapis-Lapis Keberkahan. Buku ini menjadi
semacam kumpulan lengkap dari buku-buku dan ceramah-ceramah beliau sebelumnya
yang terkadang membahas tentang keberkahan di beberapa bagian.
Dan entah karena terkadang
saya membaca buku ini dalam keadaan tidak full-focus,
saya merasa karya teranyar beliau ini menggunakan bahasa yang lebih njlimet dibanding buku-buku sebelumnya.
Saya beberapa kali harus mengecek aplikasi KBBI di ponsel untuk mengetahui
makna dari kata yang baru pertama kali saya dapati dalam buku ini. Satu hal
yang mungkin terasa ribet, namun di lain sisi juga menambah pengetahuan baru
dan vocab baru bagi pembacanya.
Namun, saya tetap merasakan
hal yang sama seperti saat membaca buku Salim A. Fillah sebelumnya; getaran.
Ya, getaran di hati yang selalu sukses minimal membuat mata berkaca-kaca hingga
air mata tertumpah. Terasa betul bagaimana lulusan fakultas teknik UGM ini
menuliskan setiap kata-katanya dengan segenap ruhiyah, maka hasilnya pun
menyasar tepat pada jiwa.
Pada akhirnya, saya akan
tetap merekomendasikan buku-buku karya Salim A. Fillah kepada Anda. Dan,
Lapis-Lapis Keberkahan ini pun merupakan satu karya luar biasa yang sebaiknya
Anda miliki, atau setidaknya bisa Anda baca, minimal sekali seumur hidup. Dan,
jangan percaya pada saya sebelum membuktikannya sendiri.
Makassar, 26 September 2014
Saya berazzam tidak akan membeli buku baru sebelum semua buku yang saya
punya terbaca. Dan tidak akan membaca buku selanjutnya sebelum membuat [Catatan
Setelah Membaca] untuk buku yang telah saya selesaikan. Doakan saya bisa
konsisten ya! (^_^)/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar