Haduh, judulnya kok kayak iklan produk apa gitu yah.. Hehehe.. Tapi saya rasa, kalimat ini cukup tepat untuk mewakili tulisan yang saya buat ini.
Ya, tanpa saya sadari, saya memang telah tumbuh bersama blog. Memang, saya telah berkomitmen (setidaknya kepada diri sendiri) untuk menjadikan blog-blog saya bukan hanya sebagai tempat curhat belaka. Saya berharap, ada kemanfaatan dari kejadian sehari-hari yang saya alami dan saya tuliskan itu, terutama untuk tulisan sejenis essai di Rumah Tafakkur. Untuk puisi di Sajak yang Berhamburan, perlakuannya agak berbeda. Puisi memang terkesan lebih 'misterius' untuk menyampaikan isi hati (ceile...). Kata-katanya yang tidak 'direct' membuat saya lebih leluasa untuk menggambarkan apa yang saya rasakan. Pembaca jadi tidak mengerti? Tidak mengapa, sebab puisi memang untuk dinikmati oleh pembacanya masing-masing. Penyairnya tidak punya 'kewajiban' untuk menjelaskan atau 'mendikte' pembaca tentang maksud dari puisinya. Ini menurut saya yaa...
Ya, saat membaca beberapa tulisan ataupun puisi yang saya simpan di blog, ingatan saya seringkali terbawa pada 'sebab dituliskannya' entry tersebut. Maka saya kemudian dapat bernostalgia dari tulisan-tulisan itu. Selain itu, saya dapat menyaksikan bagaimana tulisan saya terus berubah dan berkembang seiring dengan waktu dan intensitas menulis. Perkembangannya memang tidak begitu signifikan. Tapi setidaknya, saya tahu bahwa saya telah belajar dalam setiap prosesnya. Terutama setelah kemudian saya bergabung dalam keredaksian sebuah majalah. Dengan trade-record bahwa selama ini saya membuat tulisan dengan gaya suka-suka. Saya posting pun tidak ada yang larang, dan yang membacanya pun santai-santai saja.
Tapi, setelah menulis untuk majalah, saya dihadapkan dengan tema, outline, deadline, dan editor bahasa yang siap mencorat-coret tulisan saya. Maka, diawal-awalnya dulu, saya sempat agak kaget setelah tulisan saya diedit oleh editor. Waktu itu, file naskah langsung saya kirimkan via email dan diedit langsung pada softcopy tersebut. Setelah hasilnya dikirimkan kembali pada saya, saya SHOCK. Ya, saya kaget melihat tulisan hasil editan yang saat itu saya rasa bukan-gue-banget.
Waktu itu, saya sempat agak ngambek. Saya merasa cita rasa dan karakter tulisan saya sedang diobrak-abrik. Saya merasa tidak nyaman dengan tulisan saya sendiri, dan menjadi seperti tertumbuk-tumbuk saat membacanya. Namun, setelah menelaah dengan pikiran yang lebih logis, akhirnya saya belajar. Yah, saya menemukan bahwa salah satu efek negatif dari kegemaran saya memposting di blog adalah; saya menjadi tidak terkendali.
Ya, apalagi alhamdulillah, selama ini orang-orang hanya berkomentar positif pada apa yang saya tulis. Sehingga, saya pun merasa aman-aman saja tanpa sadar bahwa saya sebenarnya terjangkit penyakit akut saat membuat tulisan. Penyakit itu saya namakan; adiksi-pada-kalimat-panjang-tanpa-koma-atau-titik. Ya, dulu saya sering membuat tulisan dengan kalimat-kalimat panjang yang sebenarnya membuat orang ngos-ngosan saat membacanya. Namun, saya tidak sadar hingga editor menyadarkan saya. Inilah yang menyebabkan saya tertumbuk-tumbuk saat membaca tulisan hasil editing itu. Sebab, oleh editor, kalimat-kalimat panjang saya telah diselingi dengan jeda berupa koma, bahkan titik.
Menurut sepengetahuan saya, cara mengetahui apakah kalimat kita sudah cukup panjang adalah dengan mencoba membacanya dengan suara keras. Jika saat membacanya kita kecapean, maka berarti kalimatnya terlalu panjang dan perlu dijeda dengan koma atau titik tambahan.
Dan ternyata tulisan-tulisan saya dulu memang membuat orang lain bisa kehabisan nafas saat membacanya secara lantang. Bayangkan, terkadang satu paragraf hanya terdiri dari satu kalimat saja, saking panjangnya!
Maka, saat menyusun buku Jeda Sejenak pun, saya menemukan banyak hal yang sama pada tulisan-tulisan saya di masa lalu. Maka melakukan editing sendiri pada tulisan yang sudah mengendap selama kurun waktu lama, memberikan saya gambaran bahwa kita semua memang perlu terus belajar. Menertawakan tulisan-tulisan lama adalah pertanda bahwa kita telah mengalami kemajuan dalam hal teknik menulis.
Maka saya bahagia, telah menjadi blogger yang mengabadikan jejak langkah saya pada blog. Dari sana saya bercermin tentang masa lalu. Dari sana saya belajar tentang perjalanan hidup saya sendiri. Saat saya sedih, saya tahu saya pernah melewati masa-masa indah. Saat saya bahagia, saya juga sadar bahwa ada saja waktu dimana saya merasakan kepedihan. Dan untuk keduanya, saya semakian yakin pada keadilan Allah. Tumbuh bersama blog telah memantapkan saya pada firmanNya; bahwa kesulitan akan selalu dipergilirkan dengan kemudahan. Percayalah.
Menulislah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar