Rabu, 19 November 2014

[Resensi Buku Islam] Sifat Shalat Nabi



Setiap muslim tentu sepakat bahwa ibadah shalat adalah ibadah yang sangat penting. Perintah shalat didapatkan langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peristiwa Isra’ Mi’raj dan diwajibkan kepada setiap hambaNya. Allah telah menjanjikan keberuntungan dan keselamatan bagi setiap orang yang menegakkan shalat dengan khusyu’ serta menjadikan ibadah ini sebagai pembeda yang mendasar antara seorang muslim dengan yang kafir, serta mencegah dari perbuatan keji dan munkar. 

“Lima shalat telah diwajibkan oleh Allah Ta’ala. Barangsiapa berwudhu dengan sempurna dan mendirikan kelima shalat itu tepat pada waktunya, menyempurnakan ruku’ dan sujud dengan khusyu’, niscaya dijanjikan oleh Allah bahwa Allah akan memberinya ampunan. Dan barangsiapa yang tidak melakukannya, maka dia tidak memiliki perjanjian (ampunan) dari Allah. Jika Allah menghendaki Dia akan mengampuninya, dan jika Allah menghendaki dia akan mengadzabnya.” (HR. Abu Dawud).

Mengingat pentingnya ibadah shalat, kita tentu tidak ingin menyia-nyiakannya hanya karena ketidaktahuan kita akan seluk beluk shalat ini. Sebab, yang tidak kalah penting untuk dipahami adalah sebuah sabda yang ringkas dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah memberikan kepada kita petunjuk yang nyata dan tuntunan yang begitu jelas dalam ibadah yang mulia ini. 

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Bukhari dan Ahmad)

Ya, kita diperintahkan untuk shalat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bukan hanya sekadar menjalankannya sesuai dengan apa yang dahulu pertama kali diajarkan atau yang kita saksikan dari orang tua kita, tanpa adanya dasar ilmu yang shahih. Sebab, jika untuk disiplin ilmu-ilmu dunia yang lain kita selalu mengupayakan untuk meng-upgrade diri kita dengan informasi yang faktual, mengapa dalam beribadah kita tidak mengupayakan hal yang sama? Faktanya, banyak dari kaum muslimin hari ini yang menjalankan shalat sebatas pada pengetahuan yang dahulu ia dapatkan semasa kanak-kanak tanpa ada keinginan untuk mencari tahu satu hal yang sangat penting; apakah tatacara shalat kita telah sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam?
 
Berangkat dari hal tersebut, Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, sang Muhaddits abad ini, menyusun sebuah karya monumental yang menjadi sebuah warisan yang sangat berharga bagi seluruh kaum muslimin, yakni kitab Sifat Shalat Nabi. Alhamdulillah, kitab yang terdiri atas tiga jilid tersebut kini telah hadir di tengah-tengah kita, dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga memudahkan kita dalam menelusuri dan mempelajarinya. Kitab ini disusun karena perhatian Syaikh al Albani pada pentingnya ibadah shalat dalam agama kita, sementara pengetahuian tentang seluk beluk ibadah shalat secara terperinci menjadi sesuatu yang sulit bagi kebanyakan kaum muslimin. Sebab, belum ada kitab yang secara lengkap menerangkan tentang tata cara shalat Nabi, dimulai dari takbiratul ihram hingga salam.

Kitab Sifat Shalat Nabi selesai ditulis sejak tahun 1366 H pada saat Syaikh berusa 33 tahun. Rangkaian seri kitab ini adalah versi lengkap dari buku ringkasan Sifat Shalat Nabi. Ia disusun dengan melakukan berbagai penyesuaian dan pengumpulan manuskrip yang begitu teliti  menggunakan metode kajian yang sangat tertib dan terperinci sehingga menjaga orisinalitas karya ini. Kitab ini akan membawa kita kepada kedalaman ilmu dari Syaikh al Albani, dimana beliau tidak mencantumkan hadits-hadits nabi kecuali yang sanadnya tsabit (kuat), sesuai dengan kaidah-kaidah dan ushul (dasar-dasar) ilmu hadits. Dikemas dalam edisi hardcover dengan desain yang eksklusif, rangkaian kitab ini siap menjadi teman setia yang akan menemani Anda untuk menelusuri cara shalat sesuai tuntunan Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam yang dipaparkan dengan lugas dan mendalam. 

Kitab ini disajikan dalam dua bagian. Bagian pertama yang berada di halaman bagian atas memuat pokok sajian materi dengan menampilkan matan-matan (isi) atau cuplikan hadits  yang diletakkan di tempat yang sesuai dan dirangkaikan dengan cuplikan hadits lainnya serta pada beberapa kesempatan turut dicantumkan pula hadits lain dengan lafazh-lafazh lainnya. Sedangkan bagian kedua berada pada bagian bawah halaman yang memuat catatan kaki yang merupakan penjelasan dari matan (pokok sajian/pembahasan) dengan memuat takhrij hadits-hadits yang terlampir pada pokok pembahasan.  Pada bagian ini pula, Syaikh al Albani memberikan komentar terhadap sanad-sanad tersebut disertai pen-ta’dil-an dari jarh-nya, penshahihan dan pendhaifannya, sesuai dengan ketentuan dan kaidah-kaidah ilmu hadits. Disebutkan pula beberapa mahdzab ulama seputar hadits yang ditakhrijnya, disertai dengan alasan masing-masing, beserta pengkajian materi, penjelasan pada setiap alasan, baik yang diterima atau yang ditolak. 

Jilid pertama akan dibuka dengan pengantar mengenai alasan penulisan kitab ini, dilanjutkan dengan metode kajian yang digunakan, dimana Syaikh menjelaskan bahwa kitab ini disusun berdasarkan nash-nash yang shahih serta tidak terikat pada salah satu madzhab tertentu, sehingga mengamalkannya uraiannya insya Allah akan lebih mendekatkan kita kepada hidayah Allah. Selanjutnya dipaparkan pula mengenai pernyataan para imam dari empat madzhab agar mengikuti sunnah dan meninggalkan pendapat mereka yang menyelisihinya. Bagian ini akan memahamkan kepada kita untuk menghindari sikap fanatik buta kepada madzhab tertentu dan mengutamakan kebenaran yang bersumber dari al Qur’an dan as Sunnah. 

Selanjutnya, kita akan memasuki bagian pokok dari rangkaian kitab ini, yakni sifat shalat Nabi sejak takbir hingga salam. Bagian inti ini akan memaparkan kepada kita dengan sangat rinci, lugas, dan jelas mengenai hal-hal yang penting untuk kita ketahui dalam rangkaian ibadah shalat. Dimulai dari pembahasan mengenai menghadap ke kiblat, dilanjutkan dengan berdiri ketika shalat, serta keadaan-keadaan tertentu yang dialami seseorang ketika ia akan shalat. Misalnya, tentang shalat duduk bagi orang sakit, shalatnya orang yang berada di atas perahu, shalat malam dengan berdiri dan dengan duduk, serta shalat dengan menggunakan alas kaki. Hal-hal yang berkaitan dengan shalat pun akan dirincikan dalam kitab ini, misalnya mengenai sutrah (pembatas) ketika shalat, shalat menghadap ke kubur, serta bagaimana tuntunan dalam berpakaian ketika shalat.  

Setelah itu, pembahasan akan berlanjut kepada niat dalam shalat dan dilanjutkan dengan takbiratul ihram yang didalamnya mencakup bahasan tentang mengangkat kedua tangan ketika bertakbir, lalu dilanjutkan dengan bersedekap dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada. Terdapat pula larangan melakukan ikhtisar atau meletakkan kedua tangan di pinggang ketika shalat, serta perintah untuk memandang tempat sujud dan khusyu di dalam shalat. Ketika menelusuri rangkaian pembahasan dalam kitab ini, seringkali kita akan mendapati bahwa bagian catatan kaki justru mendominasi pada setiap halaman. Di mana setiap pembahasannya memang mengacu pada hadits-hadits yang shahih yang turut disertai pula dengan tela’ah haditsiyyah yang menakjubkan yang kembali memperlihatkan kepada kita kedalaman penguasaan ilmu fiqih Syaikh al Albani. 

Selanjutnya, pembahasan akan diteruskan dengan pemaparan mengenai bacaan doa istiftah. Akan diuraikan contoh-contoh lafazh yang dibaca oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam lengkap dengan rujukan dan uraian yang mendalam pada setiap lafazhnya, sehingga akan memberikan kepada kita pemahaman yang terang benderang dan jauh dari keraguan. 

Berikutnya dipaparkan pula mengenai bacaan shalat yang mencakup pada bacaan surah al Fatihah dan anjuran untuk berhenti pada setiap ayat, disertai pula penjelasan bahwa membaca al al Fatihah merupakan salah satu dari rukun shalat dan memiliki keutamaan yang amat besar, baik dalam shalat jahriyah maupun sirriyah. Dilanjutkan pula dengan ucapan ‘Aamiin’ selepas membaca surah al Fatihah serta tuntunan dalam membaca ayat-ayat dari al Qur’an, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatukan beberapa surat yang memiliki kesamaan makna dan kandungan, juga surat-surat lainnya dalam satu rakaat. 

Memasuki jilid kedua dari rangkaian kitab sifat shalat nabi, pembahasan akan dilanjutkan mengenai keadaan dimana Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam hanya membaca al Fatihah saja dalam rakaat-rakaat shalat beliau. Temukan penjelasannya dalam bagian ini. Dilanjutkan dengan pemaparan mengenai waktu-waktu men-jaharkan dan men-sirrkan bacaan shalat, serta surat-surat tertentu yang dibaca oleh nabi Shallallahu alaii wasallam dalam setiap shalatnya, mulai dari subuh hingga isya, termasuk pula dalam shalat Lail, Witir, shalat Jum’at, shalat saat hari raya, dan dalam shalat jenazah. Dilanjutkan dengan pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bagian ini, misalnya tentang membaguskan suara dan membaca al Qur’an dengan tartil di dalam shalat, bagaiamana cara membetulkan bacaan imam,  serta membaca isti’adzah dan meludah ketika shalat untuk menampik perasaan waswas. Dari setiap rangkaian ilmu yang dipaparkan dalam kitab ini, kita akan menemuka kejelian Syaikh yang memaparkan permaslahan dengan berdasarkan dalil-dalil yang shahih, sehingga segala sesuatunya tidak lagi memiliki celah untuk diperdebatkan atau dipertentangkan lagi. 

Kemudian, pembahassan akan kembali dilanjutkan dengan ruku’ di mana dipaparkan mengenai tata cara ruku’, wajibnya tuma’ninah ketika ruku’, bacaan atau dzikir-dzikir ketika ruku’, anjuran untuk memperlama ruku’ dan larangan membaca al Qur’an di dalamnya. Selanjutnya, dibahas mengenai i’tidal dan dzikir di dalamnya, serta memperlama berdiri i’tidal dan wajibnya tuma’ninah ketika i’tidal. 

Jilid kedua ini akan ditutup dengan rangkaian pembasan mengenai sujud. Akan dibahas mengenai tata cara sujud yang benar, termasuk pula mengenai keutamaan sujud, serta hal-hal yang berkaitan dengan sujud. Apa yang dimaksud dengan duduk iftirasy dan duduk al iq’aa? Pembahasannya akan kita temukan pula pada bagian ini. 

Memasuki jilid terakhir dari rangkaian seri kitab sifat shalat nabi, pembahasan masih akan dilanjutkan seputar sujud. Dilanjutkan dengan pemaparan mengenai tasyahud awal, qunut nazilah pada shalat lima waktu, qunut pada waktu shalat witir, dan tasyahud akhir hingga pembahasan tentang wajibnya ucapan salam, yang merupakan penutup dari setiap rangkaian ibadah shalat, sekaligus menjadi bahasan terakhir pada kitab ini. 

Menelusuri kitab ini benar-benar membawa kita untuk turut menyeksamai tata cara shalat yang benar-benar bersumber dari apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Uraiannya yang mendalam dan begitu terperinci merupakan kekuatan yang dimiliki oleh kitab ini, baik dari sisi hadits maupun fiqih. Terdapat kecermatan yang luar biasa dalam mengolah alur dalam setiap bahasan yang disajikan secara ilmiah dan sangat detil pada setiap bab permasalahan. Kitab ini telah meneliti setiap permasalahan yang berkenaan dengan pokok bahasannya, memberi jawaban yang tepat bagi setiap pertanyaan, membimbing setiap orang untuk berada di atas petunjuk yang jelas dalam perkara agama dan shalatnya. 

Tidak diragukan lagi, bahwa nama Syaikh al Albani merupakan jaminan mutu dari sebuah karya yang akan sangat sayang jika Anda lewatkan begitu saja. Pada akhirnya, jadikanlah kitab ini sebagai sebuah pegangan yang kokoh serta warisan yang sangat berharga seluruh anggota keluarga Anda! Insya Allah. 

*ditulis untuk rubrik Resensi Buku Islam di Radio Rodja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar