Setiap muslim tentu sepakat
bahwa ibadah shalat adalah ibadah yang sangat penting. Perintah shalat
didapatkan langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
peristiwa Isra’ Mi’raj dan diwajibkan kepada setiap hambaNya. Allah telah
menjanjikan keberuntungan dan keselamatan bagi setiap orang yang menegakkan
shalat dengan khusyu’ serta menjadikan ibadah ini sebagai pembeda yang mendasar
antara seorang muslim dengan yang kafir, serta mencegah dari perbuatan keji dan
munkar.
“Lima shalat telah diwajibkan oleh Allah Ta’ala.
Barangsiapa berwudhu dengan sempurna dan mendirikan kelima shalat itu tepat
pada waktunya, menyempurnakan ruku’ dan sujud dengan khusyu’, niscaya
dijanjikan oleh Allah bahwa Allah akan memberinya ampunan. Dan barangsiapa yang
tidak melakukannya, maka dia tidak memiliki perjanjian (ampunan) dari Allah.
Jika Allah menghendaki Dia akan mengampuninya, dan jika Allah menghendaki dia
akan mengadzabnya.” (HR. Abu Dawud).
Mengingat pentingnya ibadah
shalat, kita tentu tidak ingin menyia-nyiakannya hanya karena ketidaktahuan
kita akan seluk beluk shalat ini. Sebab, yang tidak kalah penting untuk
dipahami adalah sebuah sabda yang ringkas dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah memberikan kepada kita
petunjuk yang nyata dan tuntunan yang begitu jelas dalam ibadah yang mulia ini.
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Bukhari dan
Ahmad)
Ya, kita diperintahkan untuk
shalat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam. Bukan hanya sekadar menjalankannya sesuai dengan apa yang dahulu
pertama kali diajarkan atau yang kita saksikan dari orang tua kita, tanpa
adanya dasar ilmu yang shahih. Sebab, jika untuk disiplin ilmu-ilmu dunia yang
lain kita selalu mengupayakan untuk meng-upgrade
diri kita dengan informasi yang faktual, mengapa dalam beribadah kita tidak
mengupayakan hal yang sama? Faktanya, banyak dari kaum muslimin hari ini yang
menjalankan shalat sebatas pada pengetahuan yang dahulu ia dapatkan semasa
kanak-kanak tanpa ada keinginan untuk mencari tahu satu hal yang sangat
penting; apakah tatacara shalat kita
telah sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam?
Berangkat dari hal tersebut,
Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, sang Muhaddits abad ini, menyusun sebuah
karya monumental yang menjadi sebuah warisan yang sangat berharga bagi seluruh
kaum muslimin, yakni kitab Sifat Shalat Nabi. Alhamdulillah, kitab yang terdiri
atas tiga jilid tersebut kini telah hadir di tengah-tengah kita, dan telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga memudahkan kita dalam
menelusuri dan mempelajarinya. Kitab ini disusun karena perhatian Syaikh al
Albani pada pentingnya ibadah shalat dalam agama kita, sementara pengetahuian
tentang seluk beluk ibadah shalat secara terperinci menjadi sesuatu yang sulit
bagi kebanyakan kaum muslimin. Sebab, belum ada kitab yang secara lengkap
menerangkan tentang tata cara shalat Nabi, dimulai dari takbiratul ihram hingga
salam.
Kitab Sifat Shalat Nabi selesai
ditulis sejak tahun 1366 H pada saat Syaikh berusa 33 tahun. Rangkaian seri
kitab ini adalah versi lengkap dari buku ringkasan Sifat Shalat Nabi. Ia
disusun dengan melakukan berbagai penyesuaian dan pengumpulan manuskrip yang
begitu teliti menggunakan metode kajian
yang sangat tertib dan terperinci sehingga menjaga orisinalitas karya ini.
Kitab ini akan membawa kita kepada kedalaman ilmu dari Syaikh al Albani, dimana
beliau tidak mencantumkan hadits-hadits nabi kecuali yang sanadnya tsabit (kuat), sesuai dengan
kaidah-kaidah dan ushul (dasar-dasar)
ilmu hadits. Dikemas dalam edisi hardcover dengan desain yang eksklusif,
rangkaian kitab ini siap menjadi teman setia yang akan menemani Anda untuk
menelusuri cara shalat sesuai tuntunan Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam yang
dipaparkan dengan lugas dan mendalam.
Kitab ini disajikan dalam dua
bagian. Bagian pertama yang berada di halaman bagian atas memuat pokok sajian
materi dengan menampilkan matan-matan (isi) atau cuplikan hadits yang diletakkan di tempat yang sesuai dan
dirangkaikan dengan cuplikan hadits lainnya serta pada beberapa kesempatan
turut dicantumkan pula hadits lain dengan lafazh-lafazh lainnya. Sedangkan
bagian kedua berada pada bagian bawah halaman yang memuat catatan kaki yang
merupakan penjelasan dari matan (pokok sajian/pembahasan) dengan memuat takhrij hadits-hadits yang terlampir
pada pokok pembahasan. Pada bagian ini
pula, Syaikh al Albani memberikan komentar terhadap sanad-sanad tersebut
disertai pen-ta’dil-an dari jarh-nya, penshahihan dan pendhaifannya,
sesuai dengan ketentuan dan kaidah-kaidah ilmu hadits. Disebutkan pula beberapa
mahdzab ulama seputar hadits yang ditakhrijnya, disertai dengan alasan
masing-masing, beserta pengkajian materi, penjelasan pada setiap alasan, baik
yang diterima atau yang ditolak.
Jilid pertama akan dibuka
dengan pengantar mengenai alasan penulisan kitab ini, dilanjutkan dengan metode
kajian yang digunakan, dimana Syaikh menjelaskan bahwa kitab ini disusun
berdasarkan nash-nash yang shahih serta tidak terikat pada salah satu madzhab
tertentu, sehingga mengamalkannya uraiannya insya Allah akan lebih mendekatkan
kita kepada hidayah Allah. Selanjutnya dipaparkan pula mengenai pernyataan para
imam dari empat madzhab agar mengikuti sunnah dan meninggalkan pendapat mereka
yang menyelisihinya. Bagian ini akan memahamkan kepada kita untuk menghindari
sikap fanatik buta kepada madzhab tertentu dan mengutamakan kebenaran yang
bersumber dari al Qur’an dan as Sunnah.
Selanjutnya, kita akan memasuki
bagian pokok dari rangkaian kitab ini, yakni sifat shalat Nabi sejak takbir hingga
salam. Bagian inti ini akan memaparkan kepada kita dengan sangat rinci, lugas,
dan jelas mengenai hal-hal yang penting untuk kita ketahui dalam rangkaian
ibadah shalat. Dimulai dari pembahasan mengenai menghadap ke kiblat, dilanjutkan
dengan berdiri ketika shalat, serta keadaan-keadaan tertentu yang dialami
seseorang ketika ia akan shalat. Misalnya, tentang shalat duduk bagi orang
sakit, shalatnya orang yang berada di atas perahu, shalat malam dengan berdiri
dan dengan duduk, serta shalat dengan menggunakan alas kaki. Hal-hal yang
berkaitan dengan shalat pun akan dirincikan dalam kitab ini, misalnya mengenai sutrah (pembatas) ketika shalat, shalat
menghadap ke kubur, serta bagaimana tuntunan dalam berpakaian ketika shalat.
Setelah itu, pembahasan akan berlanjut
kepada niat dalam shalat dan dilanjutkan dengan takbiratul ihram yang
didalamnya mencakup bahasan tentang mengangkat kedua tangan ketika bertakbir,
lalu dilanjutkan dengan bersedekap dengan meletakkan tangan kanan di atas
tangan kiri di atas dada. Terdapat pula larangan melakukan ikhtisar atau meletakkan kedua tangan di pinggang ketika shalat,
serta perintah untuk memandang tempat sujud dan khusyu di dalam shalat. Ketika
menelusuri rangkaian pembahasan dalam kitab ini, seringkali kita akan mendapati
bahwa bagian catatan kaki justru mendominasi pada setiap halaman. Di mana
setiap pembahasannya memang mengacu pada hadits-hadits yang shahih yang turut
disertai pula dengan tela’ah haditsiyyah yang menakjubkan yang kembali
memperlihatkan kepada kita kedalaman penguasaan ilmu fiqih Syaikh al Albani.
Selanjutnya, pembahasan akan
diteruskan dengan pemaparan mengenai bacaan doa istiftah. Akan diuraikan
contoh-contoh lafazh yang dibaca oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
lengkap dengan rujukan dan uraian yang mendalam pada setiap lafazhnya, sehingga
akan memberikan kepada kita pemahaman yang terang benderang dan jauh dari
keraguan.
Berikutnya dipaparkan pula
mengenai bacaan shalat yang mencakup pada bacaan surah al Fatihah dan anjuran
untuk berhenti pada setiap ayat, disertai pula penjelasan bahwa membaca al al
Fatihah merupakan salah satu dari rukun shalat dan memiliki keutamaan yang amat
besar, baik dalam shalat jahriyah maupun sirriyah. Dilanjutkan pula dengan
ucapan ‘Aamiin’ selepas membaca surah
al Fatihah serta tuntunan dalam membaca ayat-ayat dari al Qur’an, dimana Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatukan beberapa surat yang memiliki kesamaan
makna dan kandungan, juga surat-surat lainnya dalam satu rakaat.
Memasuki jilid kedua dari
rangkaian kitab sifat shalat nabi, pembahasan akan dilanjutkan mengenai keadaan
dimana Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam hanya membaca al Fatihah saja
dalam rakaat-rakaat shalat beliau. Temukan penjelasannya dalam bagian ini.
Dilanjutkan dengan pemaparan mengenai waktu-waktu men-jaharkan dan men-sirrkan
bacaan shalat, serta surat-surat tertentu yang dibaca oleh nabi Shallallahu
alaii wasallam dalam setiap shalatnya, mulai dari subuh hingga isya, termasuk
pula dalam shalat Lail, Witir, shalat Jum’at, shalat saat hari raya, dan dalam
shalat jenazah. Dilanjutkan dengan pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan bagian ini, misalnya tentang membaguskan suara dan membaca al Qur’an
dengan tartil di dalam shalat, bagaiamana cara membetulkan bacaan imam, serta membaca isti’adzah dan meludah ketika
shalat untuk menampik perasaan waswas. Dari setiap rangkaian ilmu yang
dipaparkan dalam kitab ini, kita akan menemuka kejelian Syaikh yang memaparkan
permaslahan dengan berdasarkan dalil-dalil yang shahih, sehingga segala
sesuatunya tidak lagi memiliki celah untuk diperdebatkan atau dipertentangkan
lagi.
Kemudian, pembahassan akan
kembali dilanjutkan dengan ruku’ di mana dipaparkan mengenai tata cara ruku’,
wajibnya tuma’ninah ketika ruku’, bacaan atau dzikir-dzikir ketika ruku’,
anjuran untuk memperlama ruku’ dan larangan membaca al Qur’an di dalamnya.
Selanjutnya, dibahas mengenai i’tidal dan dzikir di dalamnya, serta memperlama
berdiri i’tidal dan wajibnya tuma’ninah ketika i’tidal.
Jilid kedua ini akan ditutup
dengan rangkaian pembasan mengenai sujud. Akan dibahas mengenai tata cara sujud
yang benar, termasuk pula mengenai keutamaan sujud, serta hal-hal yang
berkaitan dengan sujud. Apa yang dimaksud dengan duduk iftirasy dan duduk al iq’aa?
Pembahasannya akan kita temukan pula pada bagian ini.
Memasuki jilid terakhir dari
rangkaian seri kitab sifat shalat nabi, pembahasan masih akan dilanjutkan
seputar sujud. Dilanjutkan dengan pemaparan mengenai tasyahud awal, qunut
nazilah pada shalat lima waktu, qunut pada waktu shalat witir, dan tasyahud
akhir hingga pembahasan tentang wajibnya ucapan salam, yang merupakan penutup
dari setiap rangkaian ibadah shalat, sekaligus menjadi bahasan terakhir pada
kitab ini.
Menelusuri kitab ini
benar-benar membawa kita untuk turut menyeksamai tata cara shalat yang
benar-benar bersumber dari apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam. Uraiannya yang mendalam dan begitu terperinci merupakan
kekuatan yang dimiliki oleh kitab ini, baik dari sisi hadits maupun fiqih.
Terdapat kecermatan yang luar biasa dalam mengolah alur dalam setiap bahasan
yang disajikan secara ilmiah dan sangat detil pada setiap bab permasalahan.
Kitab ini telah meneliti setiap permasalahan yang berkenaan dengan pokok
bahasannya, memberi jawaban yang tepat bagi setiap pertanyaan, membimbing
setiap orang untuk berada di atas petunjuk yang jelas dalam perkara agama dan
shalatnya.
Tidak diragukan lagi, bahwa
nama Syaikh al Albani merupakan jaminan mutu dari sebuah karya yang akan sangat
sayang jika Anda lewatkan begitu saja. Pada akhirnya, jadikanlah kitab ini
sebagai sebuah pegangan yang kokoh serta warisan yang sangat berharga seluruh
anggota keluarga Anda! Insya Allah.
*ditulis untuk rubrik Resensi Buku Islam
di Radio Rodja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar