Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai nabi dan rasul yang terakhir
telah meninggalkan warisan yang sangat berharga bagi umatnya. Warisan berupa
ilmu yang bersumber dari al Qur’an dan as Sunnah tersebut adalah peninggalan
yang akan membawa setiap muslim kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka,
tentu tidak diragukan lagi bahwa sangat penting bagi kita untuk senantiasa
bersemangat dalam menuntut ilmu syar’i melalui berbagai macam wasilah yang hari
ini begitu mudahnya untuk kita dapatkan.
Salah satu cara untuk
mempelajari ilmu agama adalah dengan mempelajari buku-buku hadits.
Alhamdulillah, saat ini telah tersebar di tengah-tengah kita berbagai macam
buku dan kitab yang menghimpun sejumlah hadits dan disertai pula dengan
penjelasannya, sehingga sangat memudahkan kita untuk memahami makna dan
kandungan dari hadits tersebut. Diantara buku yang memuat penjelasan-penjelasan
hadits tersebut adalah buku yang akan kita bahas dalam kesempatan kali ini.
Buku ini berjudul ‘Mendulang Faedah dari Kalimat Nubuwah’.
Hadir dalam edisi softcover dengan
sampul berwarna biru yang simpel namun tetap menarik. Terdiri atas 351 halaman
yang memuat 99 hadits pilihan yang merupakan Jawami’ul Kalim, yakni perkataan yang ringkas namun sarat akan
makna, serta disertai pula dengan pembahasan maksud-maksud dan sasarannya. Buku
ini merupakan edisi terbaru dari buku berjudul ‘Kumpulan Hadits Tazkiyatun Nufus’ yang dikemas kembali dalam
terbitan baru dengan tampilan yang lebih menarik dengan beberapa perbaikan di
dalamnya.
Hadits-hadits yang dimuat dalam
buku ini memiliki cakupan yang begitu luas, meliputi pembahasan yang berkaitan
dengan tauhid, ushul, aqidah, perjalanan dan perilaku untuk taat kepada Allah,
akhlak, adab-adab agama dan dunia, kesehatan, serta hukum-hukum yang berkaitan
dengan permasalahan fiqih; seperti ibadah, mu’amalah, pernikahan, serta
faedah-faedah umum lainnya. Setiap hadits disertai dengan pembahasan yang jelas
dan lugas, namun tetap ringkas, sehingga sangat mudah untuk dipahami. Buku ini
disusun oleh Syaikh al Fadhil Abdurrahman bin Nashir as Sa’di yang akan membagikan
kepada kita keluasan ilmu dan pengetahuan yang beliau miliki.
Buku ini dibuka dengan hadits
pertama yang membahas tentang niat dan ikhlas, dimana pembahasannya
terangkaikan dengan hadits kedua mengenai waspada terhadap bid’ah. Kedua hadits
ini saling berkaitan satu sama lain, dimana hadits pertama yang diriwayatkan
oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu terkait
dengan timbangan bagi amal-amal bathin, yakni niat. Sedangkan hadits kedua yang
diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha
membahas mengenai amal-amal lahiriyah yang harus selalu berdasar kepada
nash-nash yang shahih.
Pada pembahasan ini akan
dipaparkan kepada kita mengenai perbedaan antara niat amal dan niat yang
menjadi tujuan amal. Niat amal yang dimaksud adalah dengan mengkhususkan niat
saat akan mengerjakan suatu ibadah sehingga ia berbeda dengan kebiasaan di luar
ibadah, misalnya pengkhususan berniat saat akan mandi untuk menghilangkan
hadats besar, tentu berbeda dengan saat akan mandi dengan tujuan untuk
kebersihan seperti biasa. Adapun niat yang menjadi tujuan amal, tentunya hanya
semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah dengan segala keikhlasan dan
tidak menginginkan sesuatu apapun dari makhlukNya. Hal ini sangat penting untuk
dipahami oleh setiap muslim, sebab hadits tersebut mengumpulkan seluruh perkara
kebaikan, sehingga keselamatan dapat diraih dan kemanfaatan bisa didapatkan,
sebab segala sesuatunya sangat bergantung kepada niat seseorang.
Perkara-perkara penting lainnya
yang patut untuk dipahami oleh seorang muslim juga banyak dibahas dalam
rangkaian hadits pada buku ini. Misalnya, gambaran mengenai sifat seorang
muslim pada hadits ke-6, pemaparan tentang keislaman yang baik pada hadits
ke-66, penjelasan mengenai cabang-cabang iman pada hadits ke-79, hadits tentang
iman kepada Allah dan hari akhir pada hadits ke-90, serta iman kepada qadar
pada hadits ke -9.
Sementara pada pembahasan di hadits
ke- 25, kita akan mendapatkan penjelasan mengenai shifat shalat. Satu hadits
ini menyimpan tiga pelajaran yang sangat berharga bagi kaum muslimin dan
penjelasan yang sangat kita butuhkan jika benar-benar ingin meneladani
Rasulullah shallallhu alaihi wasallam
dalam hal yang berkaitan dengan ibadah yang paling pertama dihisab ini.
Pelajaran yang terkandung di dalamnya memuat penjelasan mengenai adzan dan
ketentuan-ketentuannya. Kedua, mengenai ketentuan dalam hal imam dalam shalat,
dan yang terakhir namun tak kalah penting adalah kewajiban untuk shalat sesuai
dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallhu
alaihi wasallam, baik dalam hal gerakannya, maupun dalam bacaannya. Selaras
dengan hadits tersebut, pada hadits ke-86 dijelaskan pula mengenai
disyariatkannya mengikuti cara manasik haji dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Masih terkait dengan ibadah, pada
hadits ke 32 pun kita akan disuguhkan dengan penjelasan mengenai batasan nishab
untuk zakat bijian dan buah, penjelasan mengenai shadaqah di hadits ke-34, serta
terdapat pula pemaparan mengenai tata cara menyembelih sesuai syariat Islam
dalam hadits ke-60 dan 61.
Ingin mendapatkan penjelasan
mengenai doa? Terdapat pula sebuah hadits yang akan menambah ilmu kita mengenai satu doa yang paling
lengkap dan paling bermanfaat, sebab ia mencakup kebaikan agama dan dunia, petunjuk
kepada ilmu yang bermanfaat, kehormatan, dan kecukupan. Temukan pemaparannya
pada hadits ke 89. Sebelumnya, secara khusus mengenai doa dalam perjalanan
sekaligus penjelasan mengenai adab-adab bersafar akan kita dapatkan pada bagian
hadits ke 85.
Pada hadits ke-29, kita akan dipaparkan
perihal hak muslim atas muslim yang lainnya. Keenam kewajiban seorang muslim
atas saudara sesama muslim tersebut teringkas dalam sebuah hadits yang
memberikan kepada kita pengajaran yang sangat berharga dalam hal muamalah sekaligus
memperlihatkan keindahan dan kesempurnaan Islam yang mengatur semua hal dalam
kehidupan umatnya, sehingga akan membawa kemaslahatan yang sangat besar. Hal
ini juga tercermin dalam beberapa hadits lain dalam buku ini, diantaranya pada
hadits ke-92 yang membahas tentang adab antara suami dan isteri, dilanjutkan
dengan adab-adab seorang qadhi syar’i pada hadits setelahnya, serta perintah
untuk berbuat baik kepada kedua orang tua pada hadits ke-96. Selain itu, hadits
ke 67 juga akan memberikan kepada kita penjelasan mengenai pendidikan kepada
anak, dimana sebaik-baik pemberian seorang ayah kepada anaknya adalah contoh
berupa perilaku yang baik. Sebelumnya di hadits ke-50, terdapat pula anjuran
untuk bersikap baik kepada wanita. Rangkaian hadits-hadits tersebut akan
memberikan kepada kita motivasi untuk senantiasa memperbaiki diri, meraih
kebaikan akhlak, melakukan perbuatan ma’ruf, serta berbuat ihsan terhadap
manusia, yang kesemuanya itu akan membawa kita pada kehidupan yang diliputi
dengan kedamaian.
Menyeksamai hadits ke-70 juga
akan memberikan manfaat yang amat besar kepada kita semua. Bagian ini diberi
tajuk; wasiat yang bermanfaat, sebab
ia mencakup ilmu yang agung dan
disimpulkan dalam tiga pernyataan yang sarat akan makna. Yang pertama
menjelaskan mengenai sebaik-baik akal, yakni yang mengikuti pengaturan agama
sehingga tidak akan menuntun kecuali kepada jalan lurus yang dicontohkan oleh
Rasulullah shallallau alaihi wasallam,
pengaturan kehidupan yang akan menuntun kepada rizki dari Allah, serta
pengaturan harta yang akan membawa seseorang kepada keseimbangan hidup.
Pelajaran kedua dari hadits ini akan memberikan kita penjelasan mengenai sikap
menahan diri yang merupakan batasan lengkap bagi wara’ sehingga akan menjaga diri dan agama seseorang dari
kehancuran. Dan pelajaran ketiga mengenai pentingnya menjaga akhlak yang akan
membawa kepada kebaikan dan keberuntungan.
Hadits ke-91 juga menyimpan
makna yang tidak kalah penting, bahkan begitu luas dan patut untuk kita pahami
bersama. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ini memaparkan mengenai perintah dan larangan
Allah yang tercakup dalam masing-masing tiga poin pemaparan. Hadits ini akan
memberikan gambaran kepada kita betapa setiap hal yang diperintahkan kepada
manusia adalah sesuatu yang akan mendatangkan maslahat dan kebahagiaan dunia-akhirat.
Serta sebaliknya, tidaklah sesuatu dilarang oleh Allah, melainkan perkara
tersebut memang hanya akan membawa mudharat bagi orang-orang yang melakukannya.
Penasaran mengenai tiga hal tersebut? Temukan jawabannya dalam hadits ini.
Rangkaian hadits dalam buku ini
ditutup dengan penjelasan mengenai hadits ke-99 yang berisi berita dan
bimbingan. Berita nubuwah tersebut mengenai gambaran tentang akhir zaman dimana
kebaikan semakin berkurang sedangkan keburukan akan semakin banyak. Namun,
meskipun mengerjakan kebaikan pada masa tersebut begitu berat, bahkan hingga
digambarkan bagaikan menggenggam bara api, hadits ini juga mengarahkan kita
untuk dapat tetap menjadi bagian dari segelintir orang yang tetap istiqamah
tersebut. Yakni, meski keburukan merajalela, namun ia tetap pada keimanan,
tidak berputus asa dari rahmat Allah serta yakin pada janjiNya. Seseorang yang beriman
akan tetap teguh dengan keyakinannya, berikhtiar pada kebaikan, bernasihat,
serta terus mendakwahkan kebenaran.
Pada akhirnya, buku ini akan
mengajak kita untuk menyusuri setiap pengajaran dan arahan dari Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam yang
terhimpun dalam rangkaian kata-kata yang ringkas dan jelas, namun memiliki
faedah yang sangat luas dan makna yang sangat mendalam. Tidak salah lagi bahwa
beliau shallallahu ‘alahi wasallam
adalah pribadi yang paling berilmu dan paling sempurna dalam hal pengajaran,
sebab setiap hal yang ada pada diri beliau selalu berada dalam koridor yang
diwahyukan oleh Allah subhana wata’ala.
Maka, sudah seharusnya setiap kita memiliki kesadaran yang besar untuk terus
berusaha mempelajari dan meneladani setiap petunjuk dari Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, yang bukan
hanya akan menambah wawasan keilmuan kita dalam ilmu syar’i, tapi juga akan
mengantarkan kita pada ketenangan hati. Insya Allah.
*ditulis untuk rubrik Resensi Buku Islam
di Radio Rodja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar